Minggu, 19 Agustus 2012

Naskah Juara: cerita dari Murobbi ku tercinta...My Inspiration


Rumah Kelana

Dulu ketika dunia Kampus mencerahkanku dengan maraknya dakwah. Aku begitu menyatu bahkan gempita dengan segenap perjuangan menebar kebaikan pada sekitar, begitu kurasakan indahnya, bahagia meraja. Terlebih bersama orang-orang yang sama bersemangatnya denganku.
Menjelang berakhir fase Kampus, aku bersama kawan-kawan seperjuangan saling menguatkan. Berjanji untuk tetap istiqomah dijalan ini, walau terbentang belantara yang belakangan menjadi momok saat kami mengurai kisah dari para senior yang lebih dulu merambahnya. Medan yang sangat jauh berbeda dengan yang kami jalani bersama selama ini. Tapi jujur aku menatap semua dengan semangat yang mengepul, ini tantangan kawan.... Pejuang sejati pasti menggandrungi semua bentuk tantangan yang akan menempanya menjadi tangguh.
Terpancang tekad kokoh, maka agar tak tersesat dirimba belantara, carilah saja wanita tangguh yang bisa jadi sahabat seperjalanan.  Hmmm….. Mesem-mesem.
Sumbringah :)

Tamat kuliah, satu persatu kami berpencar, pulang ke daerah asal. Saling berkirim khabar dan saling mendo’akan, itu yang kami sepakati. Tak diduga akulah yang paling dulu menikah, bertemu dengan seorang wanita didaerah PTT. Sejawat PTT di Puskesmas yang sama denganku, muslimah Solo, Insya Allah seorang mujahidah tangguh, alumni FKG UGM. Seorang dokter gigi. Proses yang singkat. Bertemu, merasa sevisi. Difasilitasi oleh ketua DPD Ormas Kabupaten setempat. Akad nikah sebulan kemudian tanpa Walimatul Ursy. Warga Puskesmas geger, kapan pacarannya, kok tahu-tahu nikah. Mulai kasak-kusuk ramai, dikira nikah karena kecelakaan. Fitnah yang membuat telinga panas berdenging. Namun tetap kami tanggapi dengan senyuman, andai mereka tahu yang sebenarnya, bahkan seminggu setelah pernikahan bahasa tubuh kamipun masih sangat kaku, malu rasanya bila bersitatap. Hanya bersitatap, apalagi lebih dari itu. Tapi biarkanlah kuasa waktu yang mampu menjawab semuanya, energi kami harus terkumpul untuk mulai bermasyarakat, bahasa lain dari berdakwah, ehmm....manisnya.

***

Ini permulaan kami mengumpulkan segenap aset kekuatan berdua untuk mulai melancarkan misi dakwah pada masyarakat sekitar. Silaturahim kejiran tetangga selepas jam kerja. Tetangga-tetangga terdekat diprioritaskan. Bahkan sejak awal kami memang sudah membuat jadwal kunjungan pada semua bapak-ibu sesama staff Puskesmas. Dari hasil investigasi inilah kami bisa mengenal siapa-siapa saja yang berpotensi untuk menjadi pendukung dakwah digarda terdepan.

Kami, aku dan istriku mulai menjalankan misi. Ada ”kelas generasi” setiap Sabtu siang, yang isinya anak-anak SMP aku ajak berdiskusi tentang apa saja. Tentang cita-cita, tentang semangat menulis, mengenalkan Nasyid, diskusi tentang NAFZA atau sekedar ngobrol santai di Saung, belakang Rumah Dinasku disamping Puskesmas. Ada 15-17 anak yang rutin berkumpul tiap pekannya, Alhamdulillah sudah berjalan 2 bulan ini.

Anak SMA ??? Masih dalam proses, karena Kepala Sekolahnya masih agak parno dengan yang namanya kajian keislaman, katanya tahun lalu ada ROHIS, pembinanya dari RISMA setempat, tapi sejak aktif di ROHIS banyak siswa yang nilainya anjlok. Pelan-pelan kuadakan pendekatan bahwa anggapan beliau tak ada benarnya, aku berusaha meyakinkan bahwa aku yang alumni ROHIS dimasa SMA dan Kampus dulu buktinya berhasil lulus dokter tepat waktu dan dengan nilai yang baik. Pak Kepala Sekolah sepertinya mulai termakan bujukanku, terbukti tahun ajaran mendatang aku diminta mengkonsep sekaligus mengelola kegitan ROHIS, tak mengapa walau masih harus menunggu, anggap saja waktu ini disiapkan untuk mematangkan konsep ROHIS SMU yang berdaya.

Untuk para kader posyandu, aku ada kajian islam interaktif setiap Selasa siang. Aula Puskesmas selalu penuh sesak tiap acara ini berlangsung. Kadang kuselingi dengan pemutaran film islami, atau kajian tentang gizi keluarga. Pokoknya semenarik mungkin agar tak membuat mereka bosan.

Rabu siang aku ada pembinaan dokter kecil yang terdiri dari siswa-siswa kelas 4 dan 5 SD, isi kajiannya seputar UKS tapi aku memanfaatkannya juga sebagai wadah pembentukan karakter dengan cara menyisipkan materi-materi keislaman dalam setiap pertemuannya.

Aku juga ada diskusi seputar kesehatan dengan masyarakat di sekitar Puskesmas, tepatnya setelah senam Jum’at pagi dihalaman  Puskesmas, diskusi tentang  kesehatan yang dikaitkan  dengan aktivitas keseharian. Begitulah, bahannya ya.... dari internet, biasanya sekalian konsultasi kesehatan gratis.

Tentang akses internet, aman, sinyal ada terus. Kami bahkan memanfaatkannya terus untuk berkomunikasi dengan kawan-kawan seperjuangan untuk saling mengingatkan atau sekedar saling sapa, silaturahim didunia maya :)

Dari sini aku juga bisa tahu sepak terjang kawan seperjuangan dibelahan bumi Allah yang lain.
Rifki yang sedang PTT di daerah sangat terpencil Indonesia bagian Timur, hanya sesekali bisa OL bila sedang ke Propinsi. Yang sampai sekarang belum menikah karena Bundanya mewanti-wanti tak boleh menikah dengan wanita sana, khawatir anak laki-lakinya tak bisa kembali kedaerah asal. Sementara tak ada muslimah yang siap dibawa berdakwah ke sana. Namun menurutku, bukan tak ada, hanya belum bertemu saja. Yang lucunya si-Rifki malah mau daftar PNS disana, karena peluang dakwah yang begitu subur alasannya.
Atau ceritanya Iqbal yang sucses mendirikan klinik 24 jam didaerah Banten, atas modal Ayahnya yang memang pengusaha sucses. Bulan lalu baru menikah, dan aku berkesempatan hadir, sekaligus meninjau klinik barunya dan ditraktir gaji pertamanya sebagai CPNS di RSUD setempat.
Ada lagi ceritanya Fauzi yang langsung terima CPNS di Kementrian Kesehatan, sekarang bertugas di Bagian Siaga Bencana. Juga baru menikah, tapi aku berhalangan hadir. Pengantin baru ini jalan-jalan terus, keliling Indonesia atas biaya dinas, maklum orang lapangan. Update statusnya seputar jadi tim dan narasumber di Dinkes daerah-daerah yang rawan bencana.Tersalurkan hobby berkelananya yang memang melebihi kami.

Ach.... mengingat kebersamaan kami di Kampus dulu, kadang membuatku senyum-senyum sendiri. Kami yang dulu begitu alerginya dengan kata-kata PNS, mengapa sekarang latah ikutan jadi PNS ya :(  Termasuk aku dan istriku yang sedang mempersiapkan berkas untuk pendaftaran PNS Daerah ditempat tugas kami. Tapi terlepas dari keberadaan dan tugas kami sekarang, aku bersyukur kami semua tetap istiqomah dijalan dakwah ini. Terbukti saat suatu ketika kami berkesempatan chatting dan membahas cita-cita setelah jadi PNS, kami punya kata yang sama. Kami sepakat ingin merintis karir menjadi pembuat dan penentu kebijakan, minimal Kepala Dinas Kesehatan syukur-syukur Menteri Kesehatannya. Agar kebijakan dibidang kesehatan sepenuhnya berpihak pada dakwah ini. Aamiin.

Adapun kiprah istriku tercinta. Ada ”kelas generasi” yang sama denganku tiap Sabtu siang, khusus siswa SMP yang putri. Diskusi tentang haid, masa puber, sampai ke pembalut yang aman dan nyaman, yach namanya perempuan  :)

Ada diskusi kelompok lansia, sekaligus menyukseskan program Posyandu Lansia, ini yang paling seru menurutku. Pertanyaannya kadang sulit dicerna, jawabanpun entah apa sepenuhnya sesuai dengan yang mereka harapkan, yang jelas saat istriku membagikan snack atau panganan hasil percobaannya mengolah resep, ada mata-mata berbinar diiringi ucapan terima kasih yang sederhana namun tulus. Ini berlangsung tiap Rabu siang.

Kajian ibu-ibu yang terdiri dari ibu-ibu tetangga terdekat tentang pendidikan anak,cara menyusui yang baik, merawat kulit agar tetap awet muda, atau apalah khas para ibu, ini dilakukan istriku rutin setiap Jum’at siang. Istriku sangat serius menyiapkan bahan kajiannya, mengingat basic pendidikannya yang sebenarnya dokter gigi, tapi tak ada yang tak bisa bila kita bersungguh-sungguh.

Ahad pagi, kami menutup rumah dinas dan praktek dari pagi hingga sore hari, bahkan tak jarang sampai malam. Jadwal refresing alias liburan, ini yang kami bahasakan. Tak ada yang salah juga, karena sejatinya kami memang sedang refresing, penyegaran untuk ruhiyah kami, berkumpul di kota Kabupaten tepatnya di markas dakwah, DPD Ormas bersama para saudara seperjuangan. Ada guru SMU, penyuluh pertanian, bidan, bahkan Aleg, pegawai Depag juga ada. Lengkap. Gado-gado profesi. Kami berkumpul membahas banyak hal tentang dakwah ditempat kami masing-masing, jadi ingat saat di Kampus dulu. Perjalanan menuju tempat ”berkumpul” ini kami tempuh dengan motor dinas, karena Ambulance tak mungkin kami pinjam seharian, khawatir ada pasien yang harus dirujuk sewaktu-waktu. Lumayan jauh, sekitar 3 jam perjalanan dengan kecepatan diatas sedang. Cukup membuat tulang punggung istriku yang seanggun putri Solo itu pegal total. Tapi syukurnya ia tak kalah tangguh dengan para mujahidah Palestine. Tak pernah terdengar kesahnya. Kenapa tak pilih yang tempat ”berkumpul” paling dekat saja???  Hoho....Tak ada pilihan kawan, hanya satu-satunya di Kabupaten ini :)
 Melintasi belantara, rimbunan semak dan suburnya perkebunan tapi tak sedikitpun menyurutkan langkah kami. Hujan sekalipun bila raga kami sehat akan tetap kami tembus dengan jas hujan diselingi dengan berteduh sesekali. Kami begitu menikmati moment ini. Kubuktikan sudah, bahwa dengan memiliki istri seorang mujahidah sajalah yang akan membuat perjalanan dakwah pasca Kampusku tetap indah. Bahkan tak terasa sedang mengarungi rimba belantara seperti yang sering kami waspadai saat dikampus dulu.

***

Semua berlalu terasa cepat sekali. Aktivitas dakwah kami yang hidup membuat kami bergairah. Ditambah dengan kesibukan kami memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang membutuhkan, bukan kah memang secara formal inilah tugas kami berada disini. Tak terasa empat bulan sudah kami menikah. Belum ada tanda-tanda istriku hamil. Baru empat bulan :) Tapi ini sudah mampu menjadi bukti  langsung bahwa kami menikah memang tak seperti yang dituduhkan dulu.
Kehebohan justru datang dari tetangga terdekat kami Mak Ipah, yang datang sambil terisak. Anaknya yang kerja di Batam mau menikah, minggu depan pulang, langsung akad nikah, lalu apa cerita sedihnya ? Ternyata sudah dalam kondisi hamil muda. Mak Ipah begitu terguncang, meski sudah ada sebelumnya anak gadis di desa sini yang hamil diluar nikah saat merantau ke Jakarta, tapi buat Mak Ipah yang rajin sholat, ini adalah pukulan yang begitu menghantam. Terlebih almarhum suaminya dikenal sebagai seorang ulama semasa hidupnya. Kami terpekur, berusaha menenangkan Mak Ipah sementara hati juga segalau gulana.

Malamnya tampa kata kubuka bahasan tentang semua hal yang berkaitan dengan hamil diluar nikah. Meski sudah sering mendengar atau bahkan membaca tentang ini, aku merasa perlu mengkajinya lagi saat ini. Hingga ku temukan tulisan ini di Blog seorang saudara, yang memang sering kubuka. Mengena telak.

Satu saat Asy Syafi’i ditanya: ”mengapa hukuman bagi pezina sedemikian beratnya ?”
Wajah Asy Syafi’ memerah, pipinya rona delima.
“Karena”, jawabnya dengan mata menyala.
“Zina adalah dosa yang bala’ akibatnya mengenai semesta, keluarganya, tetangganya, keturunannya. Hingga tikus di rumahnya dan semut di liangnya”
Ia ditanya lagi, dan mengapa tentang pelaksanaan hukuman itu, Allah berkata,
“Dan janganlah rasa ibamu pada mereka, menghalangimu untuk menegakkan agama!”
Asy Syafi’i terdiam, ia menunduk, ia menangis. Setelah sesak sesaat, ia berkata:
“Karena zina seringkali datang dari cinta dan cinta selalu membuat kita iba dan syaithan datang untuk membuat kita lebih mengasihi manusia daripada mencintaiNya”
Ia ditanya lagi, dan mengapa Allah berfirman pula: “Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” 
"Bukankah untuk pembunuh, si murtad, pencuri Allah tak pernah mensyaratkan menjadikannya tontonan?"
Janggut Asy Syafi’i telah basah bahunya terguncang-guncang.
“Agar menjadi pelajaran”,  ia terisak.
“Agar menjadi pelajaran”, ia tersedu.
“Agar menjadi pelajaran” ia tergugu.
Lalu ia bangkit dari duduknya, matanya kembali menyala.
“Karena ketahuilah oleh kalian”.
“Sesungguhnya zina adalah hutang. Hutang, sungguh hutang. Dan.. salah seorang dalam nasab pelakunya pasti harus membayarnya!”
Akupun remuk terpaku usai membacanya. Pantaslah suatu ketika pernah kubaca bahwa disatu desa, saat mendapati ada seorang gadis yang hamil diluar nikah, maka masyarakat akan mengusirnya dari desa mereka. Selanjutnya dilakukan ritual semacam upacara bersih desa. Aku belum mampu berfikir jernih tentang langkah dakwah apa yang sebaiknya kulakukan terkait tentang hamil diluar nikah buah perbuatan zina yang merebak di tempat tugasku.

Belum berhenti sampai sini ternyata. Besok paginya di Puskesmas terjadi kegemparan, Sinta, petugas Kesling kami melahirkan. Anaknya sehat, bayi wanita dengan bobot 2,7 kg. Alhamdulillah sehat....yang mencengangkan karena hanya terpaut empat bulan dari pernikahannya. Aku tak akan lupa karena hanya terpaut seminggu dengan pernikahan kami. Betapa tak ada yang mencurigakan selama ini. Sinta bahkan sesekali ikut dikajian ibu-ibu tiap Rabu siang, senang mendengarkan diskusi tentang kerumahtanggaan katanya. Istriku benar-benar terpukul. Malamnya masih seputar hamil diluar nikah isi obrolan kami. Kalau artis atau selebriti di TV atau dikoran mungkin tak akan membuat kami segalau ini, tapi ini adalah orang-orang yang ada didekat kami. Akankah ini cara Allah menegur kami yang sempat merasa bahwa manuver dakwah kami sudah baik. Ternyata ada banyak hal yang masih harus kami garap. Bisa jadi kami baru akan memasuki belantara penuh onak yang rimbanya mampu menyesatkan atau setidaknya menguji kesabaran dan menggoyahkan keistiqomahan kami.

Sampai jauh malam aku sulit tidur. Entah rasa apa yang mendominasi, tak mampu sempurna kumengerti. Kubaca lagi dengan linangan air mata tulisan dari blog -salim a. fillah- yang sudah ku ‘save’ semalam.

Duhai Allah....jangan hukum kami bila kami lalai atau kami bersalah. Tak selayaknya kami merasa cukup dengan yang sudah kami upayakan selama ini. Terbayang semua nestapa, beruntun musibah yang silih berganti menimpa negeri ini. Apakah karena Allah sudah menurunkan azabnya atas semua prilaku zina serupa ini.
Air mataku menderas disujud malam, bersautan dengan isakan istriku. Tak sepantasnya kami puas dengan apa yang sudah kami lakukan, jangan biarkan ada kesombongan walau sepotong serpihan debu.

"Tidak akan masuk Syurga siapa yang ada di dalam hatinya sedikit
kesombongan." (HR. Muslim)

Dalam rumah kelanaku, bersemayam kokoh dihati dan jiwaku, terpatri satu azzam, kami harus melakukan lebih baik dan lebih banyak lagi. Bantu kami ya Robb.....

***

Puisi : LINGKAR BIDADARI

Dinda….
Adamu menceriakan
Khabarmu kunanti
Ceritamu menguatkan
Cerahkan hati, menghiasi jiwa
Walau daku bukan siapa
Tapi sosok dirimu satu dari sekian
….yang mampu memainkan dawai sukma

Dinda….
Langkahmu santun menggetarkan
Candamu segar tiada dusta
Semoga….
Bersama kita mengukir hari
Saling menjaga
Kokohkan pijakan
Terus menghangatkan
Berbagi saling mengurai lara
Meski jarang menghapus sempurna
Paling tidak, tak menjadi kesah yang sia
Curhat sehat sana sini
Harap bisa digiring bantu
Bila belum mampu biar lega merekah

Dinda....
Dalam bersama banyak pilihan
Bukan semata pada bibit atau sayap
Ada hama ada cuaca
Ada angin juga badai
Disini juga lengkap dengan ketahanan
Imunitas juga stamina
Namun kita si penentunya
Bermunajat, gemakan dalam keseharian

Dinda....
Keberadaanmu semua ada arti, sendiri menempati relung
Bukan karena tak hadirmu yang membuat gurat kecewa
Bukti beragam aktivitas
Hak raga untuk istirahat kala tak fit terlebih sakit
Tak ada beritamu yang mampu membuatku cemas
Apa tak sampai surat pekan ini
Atau tak nyaman bersua diri

Dinda....
Dikau laksana bidadari dunia
Adalah perhiasan terindah
yang bermimpi tak biasa
bukan hanya sebatas pangeran berkuda
Mulia bertahta keluhuran
Orbit jejak berbentuk lingkaran
Semoga selalu riang langkahkan kaki
Hadirkan energi kebajikan

Dindaku....
Izinkanku mengingatkan....
Bertumbuh dan mengepak adalah sebuah keniscayaan
Tak peduli seperti apa rupa dan warna
Dalam bertumbuh butuh ikhlas
Ikhlas disebar, ikhlas dipindah
Ikhlas bertahan, ikhlas berbenah
Ikhlas berbuah :)
Menanam nilai, meretas generasi
Tentang mengepakpun juga butuh ikhlas
Ikhlas bersinkroni, ikhlas mengayun
Ikhlas bangkit bila terjatuh
Ikhlas membumbung, ikhlas berkelana
Ikhlas terbang bersama-sama :)
Dalam menjalin pita cinta
Bersama menembus cakrawala
Bersama melintas zaman menoreh cemerlang
Bersama menabur wangi kesturi
Disepanjang aurora warna pelangi
Dalam nyata bukan maya
Bersama....
             ....dalam Lingkaran Bidadari

***

Untuk adeks yang wisuda atau menikah hari ini, kemarin dulu dan besok-besok, teruslah bertumbuh dan mengepak bersama, dalam lingkaran bidadari, kekal dalam rabithah. Semoga juga bisa diambil gaharu- nya, yang sudah banyak berbuat saja masih belum cukup, lalu bagaimana dengan yang memang belum berbuat apa-apa, masih tenggelam dalam euforia gemilang kejayaan masa kampus.

(Cerpen dan Puisi ini diikutkan dalam lomba "JUARA" Group TAMAN SASTRA, info dan ketentuan lomba klik di sini: http://www.facebook.com/note.php?saved&note-id=10150353537570534)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar