Sabtu, 27 Oktober 2012

Cinta Karena Allah; hadist-hadist

Ini bahan materi dapat penugasan buat agenda pekanan... Ana kumpul-kumpulin hadist-hadist yang  berkaitan dengan materinya...
 
Dari Anas ra. dari Nabi SAW. bersabda: ”Tiga perkara yang apabila terdapat pada diri seseorang, niscaya ia akan merasakan manisnya iman, yaitu: Hendaknya Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lain. Hendaklah bila ia mencintai seseorang semata-mata karena Allah. Hendaklah ia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana ia benci kalau akan dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari)
 
Mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi kecintaan terhadap yang lain... Mencintai Allah dan rasul-Nya harus kita tempatkan pada urutan teratas dari daftar siapa yang kita cintai. Mencintai Allah dan rasul-Nya berarti kita bertaqwa dengan sebenar benarnya taqwa kepada Allah, menuntut ilmu yang berkenaan dengan sunnah Rasulullah SAW. dan mengamalkannya. Kepentingan Allah dan rasul-Nya harus kita jadikan prioritas utama dibandingkan dengan urusan lain. Orang yang mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi kecintaan lainnya akan memperoleh kenikmatan yang kekal. Sebaliknya orang yang mencintai sesuatu melebihi kecintaannya terhadap Allah dan rasul-Nya hanya akan memperoleh kenikmatan nisbi (sementara).
Mencintai seseorang karena Allah ...Agama mengajarkan cinta dan benci itu bukan karena orangnya, tetapi karena perbuatannya, apakah ia mengikuti ajaran Allah atau malah menyimpang dari ajaran Allah. Jika kita mencintai karena orangnya, seperti karena ia cantik/tampan, atau karena ia kaya, dll.; maka sangat besar kemungkinan kita akan terbutakan oleh cinta itu, sehingga tidak lagi dapat membedakan antara yang baik dan buruk. Jika kita mencintai seseorang karena ia mengikuti ajaran Allah, maka insyaallah hidup kita akan lebih berkualitas karena setiap saat kita akan berusaha memperbaiki diri untuk senantiasa bersama mendekatkan diri kepada Allah.
Benci kepada kekufuran seperti benci jika dicampakkan ke dalam api neraka...
Siapapun orangnya, pasti tidak akan mau apabila dimasukkan ke dalam api neraka yang di dalamnya penuh dengan siksaan yang tak pernah kita bayangkan. Dalam suatu riwayat diceritakan oleh Nabi SAW. bahwa siksaan paling ringan dalam neraka adalah seseorang yang cuma berdiri sedangkan otaknya mendidih karena panasnya neraka, na’udzubillah min dzalik. Satu syarat terakhir agar kita bisa merasakan manisnya iman adalah kita harus punya semangat untuk menjauhi kekufuran sama seperti semangat kita untuk tidak mau dimasukkan ke dalam neraka. Kufur artiya menolak kebenaran, dan orang yang menolak kebenaran dalam Islam disebut kafir. Orang kafir menolak kebenaran, atau perintah Allah, dan mengikuti keinginan hawa nafsunya sendiri.

*      “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai. Tidak maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian lakukan maka kalian akan saling mencintai: Sebarkanlah salam diantara kalian.” (HR. Muslim)
Pada hakekatnya ucapan salam merupakan do’a dari seseorang bagi orang lain. Di dalam lafadz salam “Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakaatuh” terdapat wujud kecintaan seorang muslim pada muslim yang lain. Yaitu keinginannya agar orang yang disapanya dengan salam, bisa memperoleh keselamatan, rahmat, dan barokah. Barokah artinya tetapnya suatu kebaikan dan bertambah banyaknya dia
*      Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
Sesunguhnya kelak di Hari Kiamat Allah akan berfirman, “Di mana orang-orang yang saling mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepadanya dalam naungan-Ku disaat tidak ada naungan kecuali naungan-Ku
*   Anas bin Malik, Rasulullah saw. bersabda: Siapa pun tidak akan merasakan manisnya iman, hingga ia mencintai seseorang hanya karena Allah semata.(HR. Bukhari).
*      Hadits Muadz bin Anas Al-Jahni bahwa Rasulullah saw. bersabda:
Siapa saja yang memberi karena Allah, menolak karena Allah, mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan menikah karena Allah, maka berarti ia telah sempurna imannya. (HR. AL Hakim)

*   Barang siapa yang mendoakan saudaranya pada saat ia tidak bersamanya, maka malaikat yang diserahi untuk menjaga dan mengawasinya berkata, “Semoga Allah mengabulkan; dan bagimu semoga mendapat yang sepadan.” (HR. Muslim).

INDAH dariNya...

Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah telah sampai pada 11 dzulhijjah, setelah kemarin seluruh umat muslim telah merayakan hari raya Idul Adha. Banyak cerita yang telah diukir hingga sampai di bulan dzulhijjah ini. Setidaknya kumpulan-kumpulan perjalanan hidup sebagai  anak rantau. Sebenarnya menjadi anak rantau telah aku rasakan semasa perkuliahan dan dunia koas, ehm kalau dihitung-hitung 5,5 tahun menjadi anak rantau di sebuah kota yang terkenal dengan makanan khasnya pempek yaitu Palembang. Tapi, entah mengapa episode rantauan kali ini sungguh-sungguh berbeda sekali. Mungkin karena tempat yang begitu jauh bagiku. Sebuah tempat yang lebih kurang ditempuh 10 jam menuju rumahku yaitu kabupaten Lahat. Yang pasti dengan perjalanan darat. Jauh kan…mungkin bagi orang-orang yang pernah merantau di luar sumatera, hal itu belum begitu jauh. Tapi, berhubung diriku sejauh ini rantauannya masih di dalam sumatera yaitu di Palembang, terasa jauh sekali. 
Kota rantauan yang dituju kali ini yaitu salah satu kabupaten yang ada di Jambi yaitu Kabupaten Muaro Bungo. Sebuah kabupaten yang luas cakupan daerahnya memang tak sebesar kabupatenku  lahat. Yang membedakannya rata-rata penduduknya yaitu pengusaha, tepatnya pengusaha karet, batubara.  Yah nggak kebayangkan, kalau rata-rata penduduknya bermata pencahariannya gitu, sudah pasti hidup disini cukup mahal.
Ma’isyah betul-betul dibutuhkan saat berada di kota ini. Secara kalau mau minta terus tiap bulannya dengan orang tua, terasa nggak enak betul. Dari kuliah hingga koas full dibiayai, eh tahunya selesai dari koas masih minta uang.. kapan ya suatu saat waktunya tidak meminta uang lagi pada orang tua, malah sebaliknya harus bisa memberikan uang kepada mereka tiap bulannya…( semoga ya Alloh,,aamiin).
Bicara soal ma’isyah, Alhamdulillah dapat bantuan hidup dari menkes selama bertugas di sini, walaupun tak begitu besar tetapi cukup membantu orang tuaku, setidaknya mengurangi beban mereka dalam memberikan biaya bulanan kepadaku. Perjalanan episode kali ini, tak akan pernah dilupakan. Dan akan terus terukir entah sampai kapan Alloh memberikan scenarioNya yang indah kepadaku. Dan yang pastinya setiap scenario yang telah Alloh rancang betul-betul terbaik bagi diriku.

“Merantau itu membuatku menjadi pribadi yang lebih mandiri… Merantau itu membuat gerak perjuanganku semakin berkembang… Merantau itu membuat saudara seimanku bertambah… Merantau itu membuat pengalamanku bertambah… Dan merantau itu sebenarnya INDAH Subhanalloh…Maha Suci Alloh yang telah mentakdirkan ini semua bagiku.”

Minggu, 21 Oktober 2012

Ustadz Rahmat Abdullah : Memang Seperti Itulah Dakwah.

Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu.. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai..
Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu.
Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu.
Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari..
Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga.
Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.
Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar.
Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak.
Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.
Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.
Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan.
Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.
Tidak! Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari.
Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih tragis.
Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi, akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah.
Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.
Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga hasrat untuk mengeluh tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.
Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya ditinggalkan, hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..
Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore.
Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah.
Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar.
Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar.
Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, ya Allah, berilah dia petunjuk. sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang
Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta. Mengajak kita untuk terus berlari.

Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.

Selasa, 16 Oktober 2012

Keutamaan 'Ilmu

Sahabat Abi Hurairah berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: "Barangsiapa menolong orang mukmin dari suatu kesusahan dunia, maka Allah akan menghilangkan baginya kesusahan kelak di hari kiamat. Barangsiapa menutupi cela orang mukmin, maka Allah akan menutupi cela dirinya di dunia dan akhirat. Dan barangsiapa memudahkan orang mukmin yang sedang berada dalam kesempitan (ekonomi), maka Allah akan me­mudahkan kehidupannya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hamba-Nya selagi dia mau menolong saudaranya. Barangsiapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke sorga. Dan tidak ada sekelompok orang yang duduk di dalam masjid sarnbil membaca dan tadarus Al-Qur'an kecuali mereka dilingkari oleh para malaikat, serta diberi ketenangan jiwa dan rahmat. Dan Allah menyebut-nyebut nama mereka di hadapan para malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa malas beramal, maka akan terlambat dalam memperoleh sorga." (HR. Muslim).

Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda:" Apabila seseorang telah meninggal, maka semua amalnya terputus kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang senantiasa mendoakan kepada kedua orang tuanya." (HR. Muslim).

Abi Waqid Al-Laitsi ra berkata: "Pada suatu waktu Rasulullah saw sedang duduk di masjid, kemudian datang tiga kelompok manusia. Yang dua kelompok langsung mengahadap Rasulullah, dan satu di antaranya melihat tempat yang masih senggang dalam majlis, kemudian duduk. Dan yang satunya lagi duduk di belakang mereka. Sedangkan kelompok yang ketiga langsung pergi dan berpaling. Sesudah itu kemudian Rasulullah bersabda: "Maukah aku beritahukan kepadamu perihal tiga kelompok manusia itu? Yang satu kelompok mencari keridhaan Allah, maka Allah pun ridha kepada mereka. Yang satunya lagi malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepada mereka. Sedangkan yang satunya lagi berpaling dan keridhaan Allah, maka Allah pun berpaling pula dari mereka." (HR. Bukhari, Muslim danTirmidzi).

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( al-mujaadilah : 11 )

Senin, 15 Oktober 2012

Ringkasan buku tarbiyah dzatiyah : Abdullah bin Abdul Aziz Al-Aidan

Bab I. Defenisi Tarbiyah Dzatiyah

Tarbiyah dzatiyah adalah sejumlah sarana tarbiyah (pembinaan), yang diberikan orang Muslim, atau Muslimah, kepada dirinya, untuk membentuk kepribadian islami yang sempurna di seluruh sisinya; ilmiah, iman, akhlak, sosial, dan lain sebagainya, dan naik tinggi ke tingakatan kesempurnaan sebagai manusia. Atau dengan kata lain, tarbiyah dzatiyah adalah tarbiyah seseorang terhadap diri sendiri dengan dirinya sendiri. Dengan defenisi seperti itu, tarbiyah dzatiyah setara dengan tarbiyah jama’iyah (kolektif) atau forum-forum umum yang dikerjakan seseorang, atau ia geluti bersama orang lain, atau ia ter-tarbiyah (terbina) di dalamnya bersama mereka.

Bab II. Urgensi Tarbiyah Dzatiyah

1. Menjaga diri mesti didulukan daripada menjaga orang lain
Tarbiyah seorang muslim terhadap dirinya tidak lain adalah upaya melindunginya dari siksa Allah ta’ala dan neraka-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. At-Tahrim : 6)
2. Jika anda tidak men-tarbiyah (membina) diri anda, maka siapa yang men-tarbiyah anda?
Siapa yang men-tarbiyah seseorang saat ia berusia lima belas tahun, atau dua puluh tahun, atau tiga puluh tahun, atau lebih? Jika ia tidak men-tarbiyah diri sendiri, ia kehilangan waktu-waktu ketaatan dan moment-moment kebaikan.
3. Hisab kelak bersifat individual
Hisab pada hari kiamat oleh Allah ta’ala kepada hamba-hambaNya bersifat individual, bukan bersifat kolektif.
“Dan setiap mereka datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri” (QS. Maryam : 95)
4. Tarbiyah dzatiyah itu lebih mampu mengadakan perubahan
Setiap orang pasti punya aib, atau kekurangan, atau melakukan kelalaian dan maksiat, baik maksiat kecil atau dosa. Jika masalahnya seperti itu, ia perlu memperbaiki seluruh sisi negatif pada dirinya sejak awal, sebelum sisi negatif tersebut membengkak. Dan seseorang tidak dapat meluruskan kesalahan-kesalahannya, atau memperbaiki aib-aibnya, dengan sempurna dan permanen, jika ia tidak melakukan upaya perbaikan ini, dengan tarbiyah dzatiyah, karena ia lebih tahu diri sendiri dan rahasianya.
5. Tarbiyah dzatiyah adalah sarana tsabat (tegar) dan istiqomah
6. Sarana dakwah yang paling kuat
Cara yang paling efektif untuk mendakwahi orang lain dan mendapatkan respon mereka ialah dengan menjadi qudwah (panutan) yang baik dan teladan istimewa, di aspek iman, ilmu, dan akhlaknya. Qudwah tinggi dan pengaruh kuat tersebut tidak dapat dibentuk oleh sekian khutbah dan ceramah saja. Namun, dibentuk oleh tarbiyah dzatiyah yang benar.
7. Cara yang benar dalam memperbaiki realitas yang ada
Bagaimana kiat memperbaiki realitas pahit yang dialami umat kita sekarang? Dengan ringkas, langkah tersebut dimulai dengan tarbiyah dzatiyah, yang dilakukan setiap orang dengan dirinya, dengan maksimal, syumul (universal), dan seimbang. Sebab, jika setiap individu baik, baik pula keluarga, lalu masyarakat menjadi baik. Begitulah, akhirnya pada akhirnya realitas umat menjadi baik secara total, sedikit demi sedikit
8. Karena keistimewaan tarbiyah dzatiyah
Urgensi tarbiyah dzatiyah lainnya ialah mudah diaplikasikan, sarana-sarananya banyak, dan ada terus pada orang muslim di setiap waktu, kondisi, dan tempat.

Bab III. Ketidakpedulian Kepada Tarbiyah Dzatiyah

1. Minimnya ilmu
2. Ketidakjelasan sasaran dan tujuan
Orang yang merasa tujuannya dalam hidup ini tidak jelas berjalan bersama manusia di mana saja mereka berjalan. Maka tidak mengherankan, kalau ia begitu lengket dengan seluruh sarana kehidupan yang semuanya dijadikan tujuan utama kehidupan sehingga ia tidak peduli dengan tarbiyah dirinya, pembersihan, perbaikan, dan pengarahan dirinya.
3. Lengket dengan dunia
4. Pemahaman yang salah tentang tarbiyah
Ia berpendapat tarbiyah dzatiyah membuat dirinya terputus dari kehidupan dan manusia, serta terisolir dari mereka. Atau menyita sedkit waktu dan tenaganya. Atau merasa tidak membutuhkan tarbiyah dzatiyah karena telah menunaikan kewajiban agamanya yang paling penting sehingga tidak perlu lagi mengerjakan ibadah-ibadah lain yang tidak wajib.
5. Minimnya basis tarbiyah
6. Langkanya murobbi (pembina)
Seseorang dalam hidupnya sangat membutuhkan taujih (pengarahan), tarbiyah, dan pengajaran, sejak masa kecilnya hingga ia dewasa dan tua, serta hingga ia meninggal dunia.
7. Perasaan akan panjangnya angan-angan
Merasa bahwa umur masih panjang, dan masih banyak waktu yang tersedia untuk melakukan tarbiyah diri pada waktu yang tidak sibuk lagi sehingga menyebabkan ketidakpedulian akan tarbiyah dzatiyah

Bab IV. Sarana-Sarana Tarbiyah Dzatiyah

1. Muhasabah
Melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap dirinya atas kebaikan dan keburukan yang telah ia kerjakan, meneliti kebaikan dan keburukan yang ia miliki, agar ia tidak terperanjat kaget dengan sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya pada hari kiamat.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat).” (QS. Al-Hasyr : 18)
Dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda : “Orang cerdas (berakal) ialah orang yang menghisab dirinya dan berbuat untuk setelah kematian. Dan, orang yang lemah ialah orang yang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah.” (At-Tirmidzi)
Panduan muhasabah :
a. Urgensi muhasabah secara rutin
Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata menjelaskan salah satu kiat muhasabah, “Hal yang paling bermanfaat bagi orang ialah ia duduk sesaat ketika hendak tidur. Ia lakukan muhasabah terhadap dirinya pada saat tersebut atas kerugian dan keuntungannya pada hari itu. Lalu, ia memperbaharui taubatnya dengan nasuhah kepada Allah, lantas tidur dalam keadaan bertaubat dan bertekad tidak mengerjakan dosa yang sama jika ia telah bangun. Itu ia kerjakan setiap malam. Jika ia meninggal pada malam tersebut, ia meninggal dalam keadaan taubat. Jika ia bangun, ia bangun dalam keadaan siap beramal, senang ajalnya ditunda, dan siap mengerjakan perbuatan-perbuatan yang belum ia kerjakan.”
b. Skala prioritas yang penting
• Memuhasabahi kesehatan akidahnya, kebersihan tauhidnya dari syirik kecil dan tersembunyi.
• Memuhasabahi pelaksanaan kewajiban-kewajiban, shalat lima waktu, berbakti kepada orang tua, menyambung hubungan kekerabatan, amar ma’ruf nahi munkar.
• Memuhasabahi sejauh mana dirinya menjauhi hal-hal yang haram dan kemungkaran-kemungkaran.
• Memuhasabahi sejauh mana melakukan ibadah-ibadah sunnah dan ketaatan lainnya
c. Jenis-jenis muhasabah
1. Muhasabah diri sebelum berbuat
2. Muhasabah diri setelah berbuat
• Muhasabah diri atas ketaatan kepada Allah yang telah ia lalaikan
• Muhasabah diri atas perbuatan yang lebih baik tidak ia kerjakan daripada ia kerjakan
• Muhasabah atas hal-hal mubah dan wajar
d. Muhasabah atas waktu
Muhasabah diri tentang alokasi waktunya, yang merupakan usia dan modalnya. Apa ia telah gunakan waktunya dalam kebaikan, amal shalih, dan hal-hal bermanfaat bagi orang lain? Atau sebaliknya?
e. Ingat hisab besar
Allah akan menghisab hamba-hambaNya pada hari kiamat, dengan hisab yang cermat, dan bertanya pada mereka tentang apa saja yang telah mereka kerjakan, perbuatan baik atau perbuatan buruk.
2. Taubat dari segala dosa
Panduan :
a. Hakikat dosa
Dosa pada hakikatnya adalah tidak mengerjakan kewajiban-kewajiban syar’i, atau melalaikannya, dalam bentuk tidak mengerjakannya dengan semestinya.
b. Syarat-syarat taubat
Taubat nasuhah (hakiki) ialah taubat jujur dan serius, yang menghapus kesalahan-kesalahan sebelumnya dan melindungi pelakunya dari dosa-dosa sebelumnya.
c. Semua dosa itu kesalahan
d. Hukuman di dunia
Dosa, yang pelakunya tidak bertaubat darinya, punya hukuman segera di dunia, sebelum di akhirat, kendati kadang kejadiannya agak tertunda. Dari sinilah, kecerdasan akal orang muslim ketika ia banyak bertaubat dan beristighfar di setiap waktu dan kondisi, dengan harapan Allah mengampuninya di dunia dan tidak menghukumnya di akhirat
e. Di antara trik jiwa kita
Makar setan terhadap manusia dan perjuangannya mati-matian untuk menipu manusia dengan segala cara menyebabkan manusia menunda-nunda taubat dan kembali kepada Allah, dengan banyak argumentasi.
3. Mencari ilmu dan memperluas wawasan
Caranya sangat banyak, antara lain menghadiri pertemuan-pertemuan yang mengkaji ilmu ilmiah dan tarbiyah, membaca buku, mengunjungi ulama, pemikir, peneliti, mendengar kaset ilmiah dan ceramah, dan lain sebagainya.
Yang perlu diperhatikan dalam mencari ilmu antara lain, ikhlas dalam mencari ilmu, rajin dan meningkatkan pengetahuan, menerapkan ilmu yang didapatkan, dan tunaikan hak ilmu dengan berdakwah kepada orang lain.
4. Mengerjakan amalan-amalan iman
Antara lain :
• Mengerjakan ibadah-ibadah wajib seoptimal mungkin
• Meningkatkan porsi ibadah-ibadah sunnah
• Peduli dengan ibadah dzikir seperti membaca al-qu’ran dan berdzikir
Hal-hal penting antara lain :
• Urgensi shalat lima waktu, muslim hendaknya tetap konsisten mengerjakan shalat lima waktu dan serius menunaikannya secara berjama’ah di masjid, sesuai dengan rukun-rukun, kewajiban, dan sunnahnya pada waktunya sembari menjauhi kesalahan yang biasa dilakukan.
• Antara ibadah dan adat istiadat, menjadikan ibadah tidak sekedar rutinitas fisik tanpa ruh, hendaknya dilaksanakan dengan sepenuh hati dan jiwa kita
• Ilmu pengetahuan tidak cukup, ilmu saja tidak cukup jika tidak ditunaikan dalam amal perbuatan
• Kita tidak lupa dzikir kepada Allah
• Memanfaatkan sebaik mungkin saat-saat rajin
• Memanfaatkan sebaik mungkin waktu-waktu dan tempat-tempat mulia
• Urgensi tawazun (seimbang), melakukan ibadah dengan seimbang, tidak menelantarkan ibadah yang satu hanya karena melakukan ibadah yang lain
5. Memperhatikan aspek akhlak (moral)
Tarbiyah dzatiyah dalam aspek moral antara lain :
• Sabar
• Membersihkan hati dari akhlak tercela
• Meningkatkan kualitas akhlak
• Bergaul dengan orang-orang yang berakhlak mulia
• Memperhatikan etika-etika umum
6. Terlibat dalam aktivitas dakwah
• Merasakan kewajiban dakwah
“Katakan, ‘Inilah jalanku. Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata’.” (QS. Yusuf : 108)
• Menggunakan setiap kesempatan untuk berdakwah
• Terus-menerus dan tidak berhenti di tengah jalan
• Pintu-pintu dakwah itu banyak, cara berdakwah itu tidak hanya berceramah saja, melainkan senyum, perkataan yang baik, dan lain sebagainya itu merupakan dakwah
• Kerjasama dengan pihak lain atau dengan kata lain beramal jama’i’
7. Mujahadah (jihad/bersungguh-sungguh)
• Sabar adalah bekal mujahadah
• Sumber keinginan, mujahadah dan keinginan datang dari jiwa, ketekunan, dan membayar harganya sesuai dengan semestinya
• Bertahap dalam melakukan mujahadah
• Jadilah anda orang yang tidak lalai
• Siapa yang mengambil manfaat dari mujahadah?, anda adalah pihak pertama dan terakhir yang mengambil manfaat jika bermujahadah
8. Berdoa dengan jujur kepada Allah
Doa adalah permintaan seorang hamba kepada Allah, pengakuan ketidakberdayaan dan kemiskinan dirinya, pernyataan tidak punya daya dan kekuatan, serta penegasan tentang daya, kekuatan, kodrat, dan nikmat Allah
Rasulullah saw bersabda : “Iman pasti lusuh di hati salah seorang dari kalian, sebagaimana pakaian itu lusuh. Karena itu, mintalah Allah memperbaharui iman di hati kalian.” (diriwayatkan Ath-Thabrani dan sanadnya hasan)
Arahan-arahan dalam doa :
• Kebutuhan kita kepada doa
• Waktu-waktu dan tempat-tempat terkabulnya doa
• Syarat-syarat doa antara lain, makan makanan yang halal, minta dengan sungguh-sungguh, menampakkan kelemahan dan kepasrahan kepada Allah, menghadirkan hati, bertaubat dari dosa, cinta dan takut kepadaNya
• Jangan minta doa dikabulkan dengan segera
• Bermanfaatlah untuk anda dan orang lain

Bab V. Buah Tarbiyah Dzatiyah

1. Mendapatkan keridhaan Allah dan surgaNya
2. Kebahagiaan dan ketentraman
3. Dicintai dan diterima Allah
4. Sukses
5. Terjaga dari keburukan dan hal-hal tidak mengenakkan
6. Keberkahan waktu dan harta
7. Sabar atas penderitaan dan semua kondisi
8. Jiwa merasa aman

Sabtu, 13 Oktober 2012

Tingkatan Ukhuwah...

Sedikit ingin berbagi kajian mengenai ukhuwah. Materi ini ana dapatkan  kala pertama kali tarbiyah menyapaku, tepatnya ketika SMA. Materi  ini ana dapatkan dari tulisan seseorang. Walaupun simpel tapi tetap enak untuk dibaca.


Ta’aruf (Saling Mengenal) :
Adalah tingkatan yang paling dasar dalam ukhuwah. Adanya interaksi dapat lebih mengenal karakter individu. Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dsb. Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran(Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan thd suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi/diikuti,dll. Dan pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Seoerti kalau kita kenalan dengan orang pertama kalinya, kita tanya alamat, no HP dsb

Tafahum (Saling Memahami) :
Proses ini berjalan secara alami. Seperti bagaimana kita memahami kekurangan dan kelebihan saudara kita. Sehingga kita bisa tahu apa yang di sukai dan tidak di sukai, menempatkan posisi seperti apa bila kita bersamanya dsb.

Ta’awun (Saling Menolong)
Lahir dari proses tafahum tadi. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan amal ( saling Bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri. Karena manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan org lain.

Takaful (Saling Menanggung)
Rasa sedih dan senang diselesaikan bersama. Ketika ada saudara yang mempunyai masalah, maka kita ikut menanggung dan menyelesaikan masalahnya tersebut. Contoh mudah nya, ketika teman kita belum mampu membayar SPP bulan ini, maka kita menanggung biaya nya tersebut. Dsb.

Itsar (Mendahulukan orang lain daripada diri sendiri)
Adalah tingkatan tertinggi dalam ukhuwah. Tingkatan iman nya para sahabat. Banyak hadist yang menunjukkan itsar ini. Seperti ketika dalam suatu perang, salah seorang sahabat sangat kehausan. Kebetulan ia hanya tinggal mempunyai 1 kali jatah air untuk minum. Saat akan meminum nya, terdengar rintihan sahabat lain yang kehausan. Maka air tersebut ia berikan kepada sahabat yg kehausan itu. Saat mau meminumnya terdengar sahabat lain lagi yang merintih kehausan. Kemudian ia berikan air tersebut kepada sahabat itu. Begitu seterusnya sampai air tersebut kembali kepada si pemilik air pertama tadi. Akhirnya semua syahid.

Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya seperti kamu mencintai dirimu sendiri (HR. Bukhari-Muslim).