Berikut sebagai bahan renungan bagi kita semua, terkhusus untuk diri sendiri. Akan ana tampilkan Tausyiah Manajemen Qolbu by Aa Gym, semoga bermanfaat...
" Sebenar yang harus kita ni’mati
dalam hidup ini adalah proses. Mengapa? Karena yang bernilai dalam hidup ini
ternyata adalah proses dan bukan hasil. Kalau hasil itu Allah yang
menetapkan tapi bagi kita punya kewajiban untuk meni’mati dua perkara yang
dalam aktivitas sehari-hari harus kita jaga yaitu selalu menjaga tiap
niat dari apapun yg kita lakukan dan selalu berusaha menyempurnakan
ikhtiar yang dilakukan selebih terserah Allah SWT.
Seperti para mujahidin yang berjuang membela bangsa dan agama sebetul
bukan kemenangan yang terpenting bagi mereka karna menang-kalah itu akan
selalu dipergilirkan kepada siapapun. Tapi yang paling penting bagi adalah
bagaimana selama berjuang itu niat benar karena Allah dan selama berjuang
itu akhlak juga tetap terjaga. Tidak akan
rugi orang yang mampu seperti ini sebab ketika dapat mengalahkan lawan
berarti dapat pahala kalaupun terbunuh berarti bisa jadi syuhada. Ketika
jualan dalam rangka mencari nafkah utk keluarga maka masalah yang
terpenting bagi kita bukanlah uang dari jualan itu krn uang itu ada
jalur ada rizki dari Allah dan semua pasti mendapatkannya. Karena kalau
kita mengukur kesuksesan itu dari untung yg didapat maka akan gampang
sekali bagi Allah utk memusnahkan untung yg didapat hanya dalam waktu
sekejap.
Dibuat musibah menimpa dikenai bencana hingga akhir semua untung yg
dicari berpuluh-puluh tahun bisa sirna seketika. Walhasil yg terpenting
dari bisnis dan ikhtiar yg dilakukan adl prosesnya. Misal bagaimana
selama berjualan itu kita selalu menjaga niat agar tak pernah ada satu
miligram pun hak orang lain yg terambil oleh kita bagaimana ketika
berjualan itu kita tampil penuh keramahan dan penuh kemuliaan akhlak
bagaimana ketika sedang bisnis benar-benar dijaga kejujuran kita tepat
waktu janji-janji kita penuhi. Dan keuntungan bagi kita ketika sedang
berproses mencari nafkah adl dgn sangat menjaga nilai-nilai perilaku
kita.
Perkara uang sebenarya tak usah terlalu dipikirkan krn Allah Mahatahu
kebutuhan kita lbh tahu dari kita sendiri. Kita sama sekali tak akan
terangkat oleh keuntungan yg kita dapatkan tapi kita akan terangkat oleh
proses mulia yg kita jalani. Ini perlu dicamkan baik-baik bagi siap pun
yg sedang bisnis bahwa yg termahal dari kita adl nilai-nilai yg selalu
kita jaga dalam proses. Termasuk ketika kuliah bagi para pelajar kalau
kuliah hanya meni’mati hasil ataupun hanya ingin gelar bagaimana kalau
meninggal sebelum diwisuda? Apalagi kita tak tahu kapan akan meninggal.
Karena yg paling penting dari perkuliahan ta dulu pada diri mau apa dgn
kuliah ini?
Kalau hanya utk mencari isi perut kata Imam Ali “Orang yg pikiran
hanya pada isi perut maka derajat dia tak akan jauh beda dgn yg keluar
dari perutnya”. Kalau hanya ingin cari uang hanya tok uang maka asal
tahu saja penjahat juga pikiran hanya uang. Bagi kita kuliah adl suatu
ikhtiar agar nilai kemanfaatan hidup kita meningkat. Kita menuntut ilmu
supaya tambah luas ilmu hingga akhir hidup kita bisa lbh meningkat
manfaatnya. Kita tingkatkan kemampuan salah satu tujuan adl agar dapat
meningkatkan kemampuan orang lain. Kita cari nafkah sebanyak mungkin
supaya bisa mensejahterakan orang lain. Dalam mencari rizki ada dua
perkara yg perlu selalu kita jaga ketika sedang mencari kita sangat jaga
nilai-nilai dan ketika dapat kita distribusikan sekuat-kuatnya. Inilah
yg sangat penting. Dalam perkuliahan niat kita mau apa nih? Kalau mau
sekolah mau kuliah mau kursus selalu tanyakan mau apa nih?
Karena belum tentu kita masih hidup ketika diwisuda krn belum tentu
kita masih hidup ketika kursus selesai. Ah Sahabat. Kalau kita selama
kuliah selama sekolah selama kursus kita jaga sekuat-kuat mutu
kehormatan nilai kejujuran etika dan tak mau nyontek lalu kita meninggal
sebelum diwisuda? Tidak ada masalah krn apa yg kita lakukan sudah jadi
amal kebaikan. Karena jangan terlalu terpukau dgn hasil. Saat melamar
seseorang kita harus siap menerima kenyataan bahwa yg dilamar itu belum
tentu jodoh kita.
Persoalan kita sudah datang ke calon mertua sudah bicara baik-baik
sudah menentukan tanggal tiba-tiba menjelang pernikahan ternyata ia
mengundurkan diri atau akan menikah dgn yg lain. Sakit hati sih wajar
dan manusiawi tapi ingat bahwa kita tak pernah rugi kalau niat sudah
baik cara sudah benar kalaupun tak jadi nikah
dgn dia. Siapa tahu Allah telah menyiapkan kandidat lain yg lbh cocok.
Atau sudah daftar mau pergi haji sudah dipotret sudah manasik dan sudah
siap utk berangkat tiba-tiba kita menderita sakit sehingga batal utk
berangkat. Apakah ini suatu kerugian? Belum tentu! Siapa tahu ini
merupakan ni’mat dan pertolongan dari Allah krn kalau berangkat haji
belum tentu mabrur mungkin Allah tahu kapasitas keimanan dan kapasitas
keilmuan kita.
Oleh sebab itu sekali lagi jangan terpukau oleh hasil krn hasil yg
bagus menurut kita belum tentu bagus menurut perhitungan Allah. Kalau
misal kualifikasi mental kita hanya uang 50 juta yg mampu kita kelola.
Suatu saat Allah memberikan untung satu milyar nah untung ini justru
bisa jadi musibah buat kita. Karena tiap datang rizki akan efektif kalau
iman kita bagus dan kalau ilmu kita bagus. Kalau tak datang uang datang
gelar datang pangkat datang kedudukan yg tak dibarengi kualitas pribadi
kita yg bermutu sama dgn datang musibah.
Ada orang yg hina gara-gara dia punya kedudukan krn kedudukan tak
dibarengi dgn kemampuan mental yang bagus jadi petantang-petenteng jadi sombong jadi sok tahu maka dia jadi nista dan hina krn kedudukannya. Ada orang
yg terjerumus bergelimang maksiat gara-gara dapat untung. Hal ini karena
ketika belum dapat untung akan susah ke tempat maksiat krn uang juga
tak ada tapi ketika punya untung sehingga uang melimpah-ruah tiba-tiba
dia begitu mudah mengakses tempat-tempat maksiat. Nah Sahabat. Selalulah
kita ni’mati proses.
Seperti saat seorang ibu membuat kue lebaran ternyata kue lebaran yg
hasil begitu enak itu telah melewati proses yg begitu panjang dan lama.
Mulai dari mencari bahan-bahan memilah-milah menyediakan peralatan yg
pas hingga memadukan dgn takaran yg tepat dan sampai menunggui di open.
Dan lihatlah ketika sudah jadi kue baru dihidangkan beberapa menit saja
sudah habis. Apalagi biasa tak dimakan sendirian oleh yg membuatnya.
Bayangkan kalau orang membuat kue tadi tak meni’mati proses membuat dia
akan rugi krn dapat capek saja krn hasil proses membuat kue pun habis
dgn seketika oleh orang lain. Arti ternyata yg kita ni’mati itu bukan
sekedar hasil tapi proses.
Begitu pula ketika ibu-ibu punya anak lihatlah prosesnya. Hamil
sembilan bulan sungguh begitu berat tidur susah berbaring sulit berdiri
berat jalan juga limbung masya Allah. Kemudian saat melahirkan pun berat
dan sakit juga setengah mati. Padahal setelah si anak lahir belum tentu
balas budi. Sudah perjuangan sekuat tenaga melahirkan sewaktu kecil
ngencingin ngeberakin sekolah ditungguin cengeng luar biasa di SD tak
mau belajar {bahkan yg belajar yg mengerjakan PR justru malah ibunya}
dan si anak malah jajan saja saat masuk SMP mulai kumincir masuk SMU
mulai coba-coba jatuh cinta. Bayangkanlah kalau semua proses mendidik
dan mengurus anak itu tak pakai keikhlasan maka akan sangat tak
sebanding antara balas budi anak dgn pengorbanan ibu bapaknya.
Bayangkan pula kalau menunggu anak berhasil sedangkan proses sudah
capek setengah mati seperti itu tiba-tiba anak meninggal naudzhubillah
apa yg kita dapatkan? Oleh sebab itu bagi para ibu ni’matilah proses
hamil sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mengurus anak pusing
ngadat- dan rewel anak sebagai ladang amal. Nikmatilah proses mendidik
anak menyekolahkan anak dgn penuh jerih payah dan tetesan keringat
sebagai ladang amal. Jangan pikirkan apakah anak mau balas budi atau tak
sebab kalau kita ikhlas menjalani proses ini insya Allah tak akan
pernah rugi. Karena memang rizki kita bukan apa yg kita dapatkan tapi
apa yg dgn ikhlas dapat kita lakukan".
Sepakat. Fungsi proses lebih baik dari fungsi hasil. Bukanlah sebuah keharusan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, tapi sebuah kewajiban untuk berusaha dengan maksimal dan sungguh-sungguh
BalasHapus