Ta’aruf (Saling Mengenal) :
Adalah tingkatan yang paling dasar dalam ukhuwah. Adanya interaksi dapat
lebih mengenal karakter individu. Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan
fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah, gaya pakaian, gaya bicara, tingkah
laku, pekerjaan, pendidikan, dsb. Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan
pemikiran(Fikriyyan). Hal ini dilakukan dengan dialog, pandangan thd suatu
masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang dikagumi/diikuti,dll. Dan
pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan (Nafsiyyan) yang ditekankan kepada
upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan tingkah laku. Seoerti kalau kita
kenalan dengan orang pertama kalinya, kita tanya alamat, no HP dsb
Tafahum (Saling Memahami) :
Proses ini berjalan secara alami. Seperti bagaimana kita memahami kekurangan
dan kelebihan saudara kita. Sehingga kita bisa tahu apa yang di sukai dan tidak
di sukai, menempatkan posisi seperti apa bila kita bersamanya dsb.
Ta’awun (Saling Menolong) :
Lahir dari proses tafahum tadi. Ta’awun dapat dilakukan dengan hati (saling
mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan amal ( saling
Bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri.
Karena manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan
org lain.
Takaful (Saling Menanggung) :
Rasa sedih dan senang diselesaikan bersama. Ketika ada saudara yang mempunyai
masalah, maka kita ikut menanggung dan menyelesaikan masalahnya tersebut.
Contoh mudah nya, ketika teman kita belum mampu membayar SPP bulan ini, maka
kita menanggung biaya nya tersebut. Dsb.
Itsar (Mendahulukan orang lain
daripada diri sendiri) :
Adalah tingkatan tertinggi dalam ukhuwah.
Tingkatan iman nya para sahabat. Banyak hadist yang menunjukkan itsar ini.
Seperti ketika dalam suatu perang, salah seorang sahabat sangat kehausan.
Kebetulan ia hanya tinggal mempunyai 1 kali jatah air untuk minum. Saat akan
meminum nya, terdengar rintihan sahabat lain yang kehausan. Maka air tersebut
ia berikan kepada sahabat yg kehausan itu. Saat mau meminumnya terdengar
sahabat lain lagi yang merintih kehausan. Kemudian ia berikan air tersebut
kepada sahabat itu. Begitu seterusnya sampai air tersebut kembali kepada si
pemilik air pertama tadi. Akhirnya semua syahid.
Tidak beriman seseorang diantaramu hingga
kamu mencintainya seperti kamu mencintai dirimu sendiri (HR. Bukhari-Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar