Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah
telah sampai pada 11 dzulhijjah, setelah kemarin seluruh umat muslim telah
merayakan hari raya Idul Adha. Banyak cerita yang telah diukir hingga sampai di
bulan dzulhijjah ini. Setidaknya kumpulan-kumpulan perjalanan hidup
sebagai anak rantau. Sebenarnya menjadi anak rantau telah aku rasakan
semasa perkuliahan dan dunia koas, ehm kalau dihitung-hitung 5,5 tahun menjadi
anak rantau di sebuah kota yang terkenal dengan makanan khasnya pempek yaitu
Palembang. Tapi, entah mengapa episode rantauan kali ini sungguh-sungguh
berbeda sekali. Mungkin karena tempat yang begitu jauh bagiku. Sebuah tempat
yang lebih kurang ditempuh 10 jam menuju rumahku yaitu kabupaten Lahat. Yang
pasti dengan perjalanan darat. Jauh kan…mungkin bagi orang-orang yang pernah
merantau di luar sumatera, hal itu belum begitu jauh. Tapi, berhubung diriku
sejauh ini rantauannya masih di dalam sumatera yaitu di Palembang, terasa jauh
sekali.
Kota
rantauan yang dituju kali ini yaitu salah satu kabupaten yang ada di Jambi
yaitu Kabupaten Muaro Bungo. Sebuah kabupaten yang luas cakupan daerahnya
memang tak sebesar kabupatenku lahat. Yang membedakannya rata-rata
penduduknya yaitu pengusaha, tepatnya pengusaha karet, batubara. Yah
nggak kebayangkan, kalau rata-rata penduduknya bermata pencahariannya gitu,
sudah pasti hidup disini cukup mahal.
Ma’isyah
betul-betul dibutuhkan saat berada di kota ini. Secara kalau mau minta terus
tiap bulannya dengan orang tua, terasa nggak enak betul. Dari kuliah hingga
koas full dibiayai, eh tahunya selesai dari koas masih minta uang.. kapan ya
suatu saat waktunya tidak meminta uang lagi pada orang tua, malah sebaliknya
harus bisa memberikan uang kepada mereka tiap bulannya…( semoga ya
Alloh,,aamiin).
Bicara
soal ma’isyah, Alhamdulillah dapat bantuan hidup dari menkes selama bertugas di
sini, walaupun tak begitu besar tetapi cukup membantu orang tuaku, setidaknya
mengurangi beban mereka dalam memberikan biaya bulanan kepadaku. Perjalanan
episode kali ini, tak akan pernah dilupakan. Dan akan terus terukir entah
sampai kapan Alloh memberikan scenarioNya yang indah kepadaku. Dan yang
pastinya setiap scenario yang telah Alloh rancang betul-betul terbaik bagi
diriku.
“Merantau itu membuatku menjadi
pribadi yang lebih mandiri… Merantau itu membuat gerak perjuanganku semakin
berkembang… Merantau itu membuat saudara seimanku bertambah… Merantau itu
membuat pengalamanku bertambah… Dan merantau itu sebenarnya INDAH Subhanalloh…Maha
Suci Alloh yang telah mentakdirkan ini semua bagiku.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar